Pernikahan adalah momen membangun kehidupan baru bersama pasangan. Suka
duka akan dihadapi berdua, sebisa mungkin tidak melibatkan pihak lain
untuk menyelesaikan masalah. Namun, masalah rumah tangga kadang tidak
sesederhana yang dihadapi ketika masih pacaran. Bukan cinta lagi yang
dibutuhkan, tetapi komitmen, untuk menjaga keutuhan rumah tangga.
Menurut psikolog Prof Dr Sarlito Wirawan Sarwono, cinta bukanlah
pengikat pernikahan. Cinta hanyalah faktor yang bisa menarik seseorang
untuk memutuskan berpasangan.
“Cinta paling lama bertahan tiga tahun, lalu hilang. Sisanya adalah
komitmen, kesetiaan, dan tanggung jawab,” ujar Prof Sarlito, saat
peluncuran buku Mencegah Selingkuh dan Cerai karya sosiolog Dra Hartati
Nurwijaya di Toko Buku Gramedia Matraman, Jakarta, Minggu (14/8/2011)
lalu.
Salah satu penyebab retaknya rumah tangga menurut Prof Sarlito adalah
perselingkuhan. Perselingkuhan itu sendiri biasanya disebabkan oleh
beberapa faktor seperti: kemajuan teknologi, workaholic, dan sifat
posesif.
Kemajuan teknologi
Teknologi bukan hal yang menjadi asal-usul perselingkuhan, namun bisa
memicu perselingkuhan. Ketakutan bahwa kemajuan teknologi bisa membuat
pasangan selingkuh, bisa membuat seseorang melanggar privasi
pasangannya. Misalnya, membuka e-mail, SMS, atau situs jejaring sosial
pasangan, bahkan minta password segala. Kebiasaan inilah yang menurut
Prof Sarlito kerap memicu pertengkaran.
“Beri kepercayaan pada pasangan untuk punya wilayah privasinya sendiri.
Kalau ternyata dia selingkuh, itu bisa diurus belakangan. Intinya jangan
cari-cari masalah,” jelas Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia
yang mendalami Psikologi Sosial ini.
Bagaimanapun, teknologi akan mempermudah pekerjaan dan kehidupan seseorang. Jadi, pasangan pun berhak menikmatinya.
Workaholic
Bila salah satu atau kedua pihak terlalu asyik dengan pekerjaan
masing-masing, perlahan-lahan bisa menghilangkan kesetiaan. Jika
workaholic tidak diselingi dengan kencan berdua, misalnya, akan sulit
bagi pasangan untuk bertahan. Hubungan pernikahan akan terasa hambar dan
terasa sama saja dengan rutinitas hidup yang lain. Rasa hambar ini
kelak akan berujung pada keinginan untuk mencari “selingan”. Siapa yang
menjadi "selingan" tersebut? Kemungkinan besar adalah rekan kerja,
partner bisnis, atau siapapun yang biasa Anda jumpai saat bekerja atau
beraktivitas.
Sifat posesif
Orang yang selalu menginginkan pasangan berperilaku sesuai dengan
keinginannya cenderung membuat pasangan menjadi bosan. Kehidupan rumah
tangga pun menjadi kaku karena pasangan selalu merasa diawasi dan
akhirnya merasa terkekang.
Contohnya masalah cemburu. Cemburu yang berlebihan bisa memberi
penghakiman yang terlalu cepat kepada pasangan, padahal perselingkuhan
belum tentu terjadi. Kemarahan yang tidak memiliki alasan kuat justru
akan menambah keretakan hubungan. Karena sifat manusia cenderung selalu
memilih yang lebih baik, jangan sampai ulah Anda yang pencemburu atau
posesif mendorong pasangan mencari orang lain.
“Jangan bermimpi mengubah seseorang, tapi ubah dulu diri Anda, maka pasangan akan mengikuti,” tukasnya.
foto
Penyebab Kenapa Perselingkuhan Terjadi
Langganan:
|